Minggu, 18 Desember 2011

Artikel: Cara Berpikir Orang Kaya


Oleh : nn

Sebagai sebuah wacana, tulisan berikut ini dapat menjadi motivasi kita dalam menyikapi hidup. Setidaknya sebagai cakrawala yang memperkaya sudut pandang kita tentang cara berpikir mengenai investasi dan pengelolaan financial yang dimiliki. Tulisan ini disadur dari majalah INVESTOR edisi 95 tahun 2004 karya Sonny V. Sutedjo, MM.

Berangkat dari pertanyaan ‘Benarkah modal bisa membuat orang menjadi kaya?’ Banyak orang yang menang undian berhadiahn, tapi dalam sekejap hartanya habis karena tidak dikelola dengan baik. Kaya dan miskin disini bukan dalam arti fisik, namun dari cara Anda memandang uang. Jika Anda memiliki lima mobil mewah dalam garasi istana Anda, namun selalu merasa kekurangan uang, maka Anda tergolong orang miskin. Sebaliknya, tukang becak yang puas dengan cukup makan tiga kali sehari bisa dianggap orang kaya. Robert Kiyosaki, pakar manajemen, pernah mengatakan bahwa yang membedakanseseorang kaya dan miskin bukan uang, kepandaian atau modal, tetapi cara berpikir.

1.  Cara berpikir tentang tabungan (saving).
Orang miskin berpikir menabung ditempat yang aman. Orang kaya berpikir investasi di tempat yang aman. Orang miskin berpikir untuk menabung yang aman adalah yang popular, banyak cabang, gedungnya bagus, bunganya stabil dan memberi jaminan jika terjadi sesuatu. Sedangkan menurut orang kaya, menabung yang nyaman adalah di tempat yang tidak diketahui orang, resikomtinggi, pendapatannya naik-turun setiap saat dan dibutuhkan keahlian khusus untuk mengelolanya. Orang miskin berprinsip “SAVE RISK, STABLE RETURN” menabung dengan aman dan pergantiannya stabil, sedangkan orang kaya berpikir: “HIGH RISK, HIGH RETURN” resiko tinggi, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.

2.  Penghematan VS Pendapatan
Orang miskin patuh pada aturan “Jangan sampai besar pasak daripada tiang” jika pendapatan 1 juta rupiah dengan pengeluaran 1,5 juta rupiah, maka pengeluaran ditekan sedemikian rupa menjadi 800 ribu rupiah, sehingga masih sisa 200 ribu untuk menabung. Orang kaya justru berpikir bagaimana dengan pengeluaran 1,5 juta itu ia bekerja ke4ras hingga memperoleh pendapatan 2 juta rupiah, lalu ia punya sisa 500 ribu rupiah untuk ditabung. Orang kaya patuh untuk tetap berhemat tetapi dari sisi yang berbeda. Orang miskin berangkat dari besarnya pendapatan lalu menekan pengeluaran. Orang kaya lebih melihat sisi pengeluarannya lalu meningkatkan pendapatannya.

3.  Bagaimana Anda dan uang bekerjasama.
Orang miskin bekerja keras demi uang, orang kaya mendapatkan uang mereka dari instrument tertentu agar bekerja keras untuk mereka. Semakin keras orang miskin bekerja semakin banyak ia mendapatkan uang, tetapi tidak lagi punya waktu luang. Sebaliknya, semakin keras bekerja bagi orang kaya, semakin banyak uangnya semakin banyak waktu luang, bermain golf, sedangkan orang miskin tak sempat lagi untuk sekadar jalan-jalandengan keluarganya.

4.  Pengelolaan uang tambahan
Orang miskin akan berpikir untuk membeli sesuatu yang baru dalam mengelola pendapatan tambahan atau hasil kerja sampingan ataupun bonus yang ia peroleh, karena menurutnya itu rejeki dadakan. Orang kaya akan menempatkan uang tambahan itu pada investasi tertentu, dan penghasilan yang diperoleh dari investasi itu barulah ia belikan sesuatu.

Aspek waktu, modal awal dan pengembangan modal bagi orang miskin dari segi waktu lebih cepat memperoleh barangnya, namun modal awalnya segera habis tanpa mendapat pengembangan modal tersebut. Sedangkan orang kaya lebih mampu menahan diri untuk mendapat barang dalam waktu yang lebih lama namun ia masih punya modal untuk ia kembangkan dan barang itu nanti dapat ia peroleh dari hasil pengembangan modal yang ia tanamkan.

Boleh jadi, cara berpikir seperti orang kaya mengilhami kita untuk menata ulang pengelolaan financial yang kita miliki. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar