Oleh : nn
Sebagai
sebuah wacana, tulisan berikut ini dapat menjadi motivasi kita dalam menyikapi
hidup. Setidaknya sebagai cakrawala yang memperkaya sudut pandang kita tentang
cara berpikir mengenai investasi dan pengelolaan financial yang dimiliki.
Tulisan ini disadur dari majalah INVESTOR edisi 95 tahun 2004 karya Sonny V.
Sutedjo, MM.
Berangkat
dari pertanyaan ‘Benarkah modal bisa membuat orang menjadi kaya?’ Banyak orang
yang menang undian berhadiahn, tapi dalam sekejap hartanya habis karena tidak
dikelola dengan baik. Kaya dan miskin disini bukan dalam arti fisik, namun dari
cara Anda memandang uang. Jika Anda memiliki lima mobil mewah dalam garasi
istana Anda, namun selalu merasa kekurangan uang, maka Anda tergolong orang
miskin. Sebaliknya, tukang becak yang puas dengan cukup makan tiga kali sehari
bisa dianggap orang kaya. Robert Kiyosaki, pakar manajemen, pernah mengatakan
bahwa yang membedakanseseorang kaya dan miskin bukan uang, kepandaian atau
modal, tetapi cara berpikir.
1. Cara berpikir tentang tabungan (saving).
Orang miskin berpikir menabung ditempat yang aman.
Orang kaya berpikir investasi di tempat yang aman. Orang miskin berpikir untuk
menabung yang aman adalah yang popular, banyak cabang, gedungnya bagus,
bunganya stabil dan memberi jaminan jika terjadi sesuatu. Sedangkan menurut
orang kaya, menabung yang nyaman adalah di tempat yang tidak diketahui orang,
resikomtinggi, pendapatannya naik-turun setiap saat dan dibutuhkan keahlian
khusus untuk mengelolanya. Orang miskin berprinsip “SAVE RISK, STABLE RETURN”
menabung dengan aman dan pergantiannya stabil, sedangkan orang kaya berpikir: “HIGH RISK, HIGH RETURN” resiko tinggi,
maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
2. Penghematan VS Pendapatan
Orang miskin patuh pada aturan “Jangan sampai besar
pasak daripada tiang” jika pendapatan 1 juta rupiah dengan pengeluaran 1,5 juta
rupiah, maka pengeluaran ditekan sedemikian rupa menjadi 800 ribu rupiah,
sehingga masih sisa 200 ribu untuk menabung. Orang kaya justru berpikir
bagaimana dengan pengeluaran 1,5 juta itu ia bekerja ke4ras hingga memperoleh
pendapatan 2 juta rupiah, lalu ia punya sisa 500 ribu rupiah untuk ditabung.
Orang kaya patuh untuk tetap berhemat tetapi dari sisi yang berbeda. Orang
miskin berangkat dari besarnya pendapatan lalu menekan pengeluaran. Orang kaya
lebih melihat sisi pengeluarannya lalu meningkatkan pendapatannya.
3. Bagaimana Anda dan uang bekerjasama.
Orang miskin bekerja keras demi uang, orang kaya
mendapatkan uang mereka dari instrument tertentu agar bekerja keras untuk
mereka. Semakin keras orang miskin bekerja semakin banyak ia mendapatkan uang,
tetapi tidak lagi punya waktu luang. Sebaliknya, semakin keras bekerja bagi
orang kaya, semakin banyak uangnya semakin banyak waktu luang, bermain golf,
sedangkan orang miskin tak sempat lagi untuk sekadar jalan-jalandengan
keluarganya.
4. Pengelolaan uang tambahan
Orang miskin akan berpikir untuk membeli sesuatu
yang baru dalam mengelola pendapatan tambahan atau hasil kerja sampingan
ataupun bonus yang ia peroleh, karena menurutnya itu rejeki dadakan. Orang kaya
akan menempatkan uang tambahan itu pada investasi tertentu, dan penghasilan
yang diperoleh dari investasi itu barulah ia belikan sesuatu.
Aspek
waktu, modal awal dan pengembangan modal bagi orang miskin dari segi waktu
lebih cepat memperoleh barangnya, namun modal awalnya segera habis tanpa
mendapat pengembangan modal tersebut. Sedangkan orang kaya lebih mampu menahan
diri untuk mendapat barang dalam waktu yang lebih lama namun ia masih punya
modal untuk ia kembangkan dan barang itu nanti dapat ia peroleh dari hasil
pengembangan modal yang ia tanamkan.
Boleh
jadi, cara berpikir seperti orang kaya mengilhami kita untuk menata ulang
pengelolaan financial yang kita miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar