Oleh: Yusnadi
Tersebutlah kisah dua orang karyawan/ti di suatu
perusahaan, kita sebut saja yang satu bernama Mila dan yang satu bernama Ali. Mila dan Ali memiliki latar
belakang yang berbeda. Mila berasal dari kalangan menengah yang berkecukupan
sedangkan Ali berasal dari latar belakang orang tua yang kurang mampu dan hidup
dengan dasar agama yang kuat.
Menurut cerita Mila salah satu kesan yang tidak bisa
dilupakan dalam hidupnya sampai saat ini adalah, ketika dirinya diolok-olok oleh teman-temannya.
Ketika itu teman-teman sebayanya terutama yang pria selalu mengolok-olok dengan
mengatakan, "Mila gendut, Mila gendut." Bahkan dirinya sering
dijadikan bahan taruhan, siapa kalah maka dia mendapatkan Mila. Adalah satu hal
yang sangat memalukan bila teman-teman prianya "dijodoh-jodohkan"
dengan Mila gendut. Ketika itu usia Mila baru 9 tahun dan duduk di kelas 4 SD.
Namun 20 tahun telah berlalu, Mila kini sudah
menjadi wanita dewasa yang mandiri. Tubuhnya tidak lagi gendut, bahkan semenjak
duduk di bangku SMA dia justru menjadi macan
(manis dan cantik) gadis idaman para pria di sekolahnya. Dalam konsep hidup
Mila yang saat ini berstatus sebagai karyawati di sebuah perusahaan, sangat percaya bahwa hidup dirinya harus menyenangkan, saat
ini maupun masa mendatang. Ia terobsesi bahwa hidup itu harus dinikmati, jangan
sampai terjadi lagi hidup diolok-olok seperti di masa kecil. Yang lalu biarlah
berlalu, hari ini harus dijalankan dengan sebaik-baiknya karena hari ini pun kelak akan menjadi kenangan.
Mila selalu mengibaratkan hidup haruslah bagaikan
burung yang selalu bernyanyi, dan hidup harus bebas merdeka. Ia tidak ingin
kebebasannya hilang, dan ia tidak ingin segala yang dihadapi dalam tugas
menjadikan dirinya tidak lagi setia terhadap suami. Ia selalu ingin memberikan
senyum terbaiknya untuk suami dan anak-anaknya. "Di tempat kerja mungkin
kita capai dan lelah tapi jangan sampai terabaikan memberikan senyum untuk
suami," demikian ujarnya penuh romantis.
Dan hidup Mila, untuk saat ini serta selamanya ingin
tetap menebar senyum. Sekalipun kehidupan mungkin seringkali mengganggu
ketenangan kita. Musibah kecil, musibah besar akan selalu datang dan pergi
dalam perjalanan hidup, namun yang terpenting adalah jangan terpaku pada apa
yang menimpa tetapi bagaimana cara kita dalam menyikapi dengan
lebih nyeni dan dapat mengartikannya, demikian pendapat Mila.
Sementara Ali yang bekerja di bagian Engeneering menuturkan latar belakangnya
bahwa, ia berasal dari keluarga yang taat beragama. Dirinya dididik di lingkungan
pesantren, orang tuanya sangat
mementingkan akan arti pentingnya pendidikan agama. Masih terngiang dalam
ingatan Ali ketika orang tuanya berpesan, "Jika bekerja jangan seperti
kerbau, kambing, ayam jago dan burung." Karena menurutnya, kerbau dalam
hidupnya hanya memiliki sifat, "kerja, makan, tidur----kerja makan tidur
saja." Dan kambing dalam hidupnya memiliki sifat, "kerja sambil
makan, tidur sambil makan bahkan (maaf) kawinpun sambil makan. Sedangkan ayam
jago dalam hidupnya memiliki sifat cari makan hanya untuk menaklukan sang
betina. Ayam jago selalu berusaha mencari makan tetapi jika sudah dapat maka
akan diberikan kepada sang betina dan dikawininya. Sementara sifat yang
dimiliki burung dalam pencarian nafkahnya selalu bertujuan hura-hura. "Pagi,
siang, malam sang burung akan selalu berkicau," demikian pesan orang tua
Ali.
Sementara perjalanan hidup Ali sendiri membawa nasib
kesebuah kehidupan sosial yang
berstatus sebagai karyawan, bukan
sebagai seorang dai sebagaimana harapan orang tua. Namun Ali bahagia dengan
kehidupan saat ini, karena Ali beranggapan bahwa:
1. Kerja adalah
kehormatan, dengan bekerja harkat dan
martabatnya naik beberapa derajat daripada jika tidak bekerja.
2. Kerja adalah aktualisasi
diri, dengan bekerja Ali merasa mendapat
pengakuan bahwa tenaganya dibutuhkan dan Ali dapat memberikan sesuatu dalam
mengisi kehidupannya.
3. Kerja adalah rahmat, dengan rahmat itulah Tuhan memberi
sesuatu dan kita harus menerimanya
dengan ikhlas.
4. Kerja adalah panggilan,
dengan konsep itu maka tanpa ada yang memerintahpun kita sudah menyadarii bahwa
kerja apa pun adalah suatu tanggung jawab diri terhadap lingkungan dan Tuhan.
5. Kerja adalah amanah, dengan
kerja kita dituntut memiliki tanggung
jawab penuh terhadap pemberi amanah, dan amanah adalah nilai kepercayaan.
6. Kerja adalah pelayanan,
dengan konsep itu maka kita menyadari bahwa hasil kerja kita adalah sesuatu
yang akan diberikan kepada orang lain dan mereka membutuhkannya.
7. Kerja adalah seni, kerja
tidak asal kerja tetapi kerja apa pun yang
dilakukan memerlukan sentuhan-sentuhan
tertentu agar memiliki nilai kualitas dan dapat memuaskan pemakai.
8. Kerja adalah ibadah, senantiasa hasil kerja tidak semata diukur dengan nilai materi
tetapi kita meyakini bahwa Tuhan pun akan memberi nilai pahala dalam segala
upaya yang dilakukan dengan benar dan
memperoleh ridhoi-Nya.
Dengan delapan konsep itu Ali bekerjanya sangat enjoy dan ia menikmatinya (tanpa
syarat). Sehingga apa yang dapat dimiliki, yah nikmatilah.
Ali menuturkan lebih lanjut bahwa hidup itu harus
maju secara bertahap (step by step).
Jika berat badan dia naik 2 kg dalam satu bulan maka dia akan membiarkannya.
Tetapi bila ia mengalami kenaikan berat badan 10 kg dalam satu hari maka dia
akan panik dan segera memeriksakan diri pada dokter. Kewajaran dan bertahap adalah pola pikir yang realistik. Ali juga percaya pada teori
menanam benih, jika kita menanam benih jagung 100 biji kemudian yang jadi 50
pohon jangan katakan itu tidak adil, tapi itulah kehidupan.
Mila dan Ali adalah dua karyawan/ti yang menikmati
hidup sebagaimana adanya. Mereka dapat
hidup bahagia dan sangat menikmati hidup tanpa memberi syarat. Di
lingkungan kita, kami percaya banyak karyawan/ti yang hidup seperti Mila dan
Ali. Sekalipun tidak menutup kemungkinan diantara kita ada yang berpikiran,
seperti: 1). Seandainya saya punya
pekerjaan yang cocok dengan hasil yang layak saya pasti bersedia bekerja keras.
2). Seandainya kenaikan gaji saya tahun kemarin sekian persen mungkin saya akan
semangat dalam bekerja. 3). Promosikan dulu dong saya, agar saya dapat disiplin
dalam bekerja. 4). Seandainya perkawinan saya baik dan dapat hidup dengan
romantis, tentu saya akan bersikap baik terhadap suami/istri. 5). Seandainya
suami saya seorang Presiden Direktur tentu
saya tidak tinggal di tempat ini, dst.
Itu adalah
pola pikir yang ingin menikmati hidup tetapi bersyarat. Kita bisa
menyebutnya, itu "membalikan
logika." Padahal sesungguhnya kita dapat menikmati hidup tanpa harus
memberi syarat terlebih dahulu. Bersikaplah hidup semisal seperti Mila dan Ali
yang memperoleh kebahagian dan dapat menikmati hidup tanpa syarat, itu lebih
mudah, dan sesungguhnya itulah kebahagian yang nyata.
Hikmah yang dapat diambil dari sisi kehidupan Mila
dan Ali adalah:
1. Manusia pada dasarnya dapat
berubah, lain dulu lain sekarang. Fisik, jiwa, wawasan, pola pikir semuanya
dapat berubah.
2. Untuk mendapatkan hasil
sebagaimana yang kita inginkan harus ada tahapan (step by step).
3. Nikmati apa yang kita
dapatkan hari ini.. Gunakan mangkok, piring dan gelas kesayangan untuk menyajikan makanan-minuman sehari-hari.
4. Jalani kehidupan hari ini
dengan baik maka masa depan akan datang dengan sendirinya.
5. Kita yakin dan percaya Tuhan
Maha Kuasa, tapi jangan lupa menutup pintu sebelum tidur. (Disarikan Dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar