Rabu, 11 Januari 2012

Artikel Manajemen: MASIHKAH KERJA KITA BERNILAI IBADAH


Oleh : Yusnadi

“Kerja adalah amanah,” demikian nasehat orang bijak kepada kita.Betapa indah dan penuh pesan, namun terkadang hal ini sekedar slogan yang sulit kita temukan manifestasinya dalam dunia kerja sehari-hari. Umumnya kita bekerja  diukur berdasarkan imbalan materi yang diterima, sehingga ketika materi yang kita terima tidak lagi menggembirakan pupuslah semangat dan motivasi kita dalam bekerja. Apalagi di masa sulit seperti sekarang ini, dimana pendapatan yang kita peroleh dari bekerja tidak lagi bisa mengimbangi inflasi dan perubahan biaya hidup yang terus meningkat.
Padahal kerja dengan penuh semangat, antusias dan penuh kegembiraan adalah lebih enak dan lebih bermanfaat bagi kita ketimbang kerja dengan pesimis, penuh rasa enggan, marah dan terpaksa. Seorang penyair dari Libanon Khalil Gibran menulis pesan bahwa:
            Kerja adalah cinta yang nyata, kasih yang tampak
            Dan jika engkau tidak dapat bekerja dengan cinta
            namun dengan rasa enggan
            Lebih baik bagimu tidak bekerja dan duduk di pinggir jalan
             sambil mengemis dari orang-orang yang bekerja dengan suka cita.
                        ... jika engkau membuat roti dengan masa bodoh
                        sesungguhnya rotimu itu basi dan tidak mengeyangkan perut
                        Jika engkau memeras anggur dengan bersungut-sungut
                        Maka sungut-sungutmu itu menjadi tetesan racun dalam anggur
                        Dan jika engkau menyanyi meskipun semerdu bidadari
                        tetapi jika engkau menyanyi tanpa cinta maka nyanyianmu itu hanya membuat
                        bising di telinga.
Merenungkan kembali nasehat orang bijak bahwa, “Kerja adalah amanah” mungkin merupakan salah satu obat untuk mewujudkan kembali kinerja terbaik dari kita. Ketika kita mencoba menghayati bahwa kerja adalah amanah merupakan “titipan berharga” yang dipercayakan kepada kita---pemilik modal menitipkan investasinya kepada kita, manajemen mempercayakan pengelolahan usahanya kepada kita,, pelanggan mempercayakan kelangsungan pasokan produk/jasa dari kita, keluarga mempercayakan kepada kita untuk mencari nafkah yang halal, bahkan Tuhan mempercayakan kepada kita sebagai manusia untuk mengelola dan memakmurkan bumi sehingga menjadi rahmatan lil alamin (Rahmat bagi semesta alam). Terhadap semua amanah tersebut, hal yang paling pantas untuk kita perbuat adalah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap amanah tersebut.
Ketika kita mampu bekerja dengan penghayatan sebagai pengemban amanah, maka kita akan memiliki energi yang cukup besar  untuk mampu menampilkan kinerja kita yang berkualitas---yang akan menjadi penjamin kesuksesan diri, meskipun mungkin untuk saat ini secara materi yang kita dapatkan tidak lebih baik dari orang lain. Minimal dalam diri kita akan muncul karakter “terpercaya” dan “bertanggung jawab” yang merupakan modal utama meraih sukses. Yang paling penting adalah ketika kita menghayati kerja sebagai amanah kita akan mampu bekerja dengan penuh antusias, tuntas dan penuh integritas. Kalau semua itu belum kita dapatkan, paling tidak tetesan keringat dan kelelahan kita dalam bekerja dinilai sebagai amal sholeh oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar