Oleh : Samsun M.Nur
Sesungguhnya
semua makhluk hidup yang berada di muka
bumi ini telah dijamin rezekinya oleh Allah SWT, baik manusia maupun binatang. Seperti
yang tertulis dalam Al Quran “Wama min
daabbattin fil ardli illa allahi qizquha” artinya: tiada yang melata di
muka bumi ini kecuali Allah yang memberikan rezeki.
Golongan binatang dari kelompok terkecil
hingga yang terbesar. Untuk hewan bahkan
ada yang bekerja siang malam tak kenal lelah contohnya semut. Nyamuk dalam mencari
rezekinya sampai rela mati. Sementara yang lainnya bahkan ada yang terpaksa
jadi kanibal saling bunuh demi
mendapatkan rezekinya masing-masing.
Pembaca yang tercinta. Bagi
kelompok/golongan manusia berupaya mencari rezeki demi memenuhi hajat hidupnya
itu disebut bekerja. Bekerja untuk memenuhi hajat hidup itu bernilai ibadah
manakala:
1.
Di
Dasari Iman.
Artinya orang yang
bekerja itu beriman kepada Arkanul iman, yakni iman kepada Allah, Malaikat,
kitab-kitab Allah, para Rasul, hari Qiamat dan iman kepada takdir Allah.
2.
Jenis
Pekerjaan Halal.
a.
Seperti
berdagang, termaktub dalam Al Quran: “Wa
ahallallahu waharrama rriba” artinya dan Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. (QS.II. Albaqarah ; 275).
berdagang/jual beli
itu halal dan berpahala apabila yang diperjualbelikan itu sesuatu yang halal
dan memenuhi syarat jual beli, yaitu:
* Ada penjual dan pembeli dengan
kehendak sendiri tanpa ada unsur
paksaan, sama-sama berakal sehat,
tidak boros dan sama-sama sudah
dewasa.
* Uang dan barang yang dibeli
sama-sama suci/halal bukan yang haram.
Dari Jabir Bin Aboillah berkata: Rasul
melarang menjual arak (miras)
dan bangkai begitu juga babi dan berhala. (Muttafaq Allaih). Yang
diperjualbelikan ada manfaatnya, ada wujudnya,
milik sendiri dan sama-
sama di ketahui oleh si penjual
dan pembeli secara jelas tanpa ada
unsur penipuan dari keduanya.
* Transaksinya jelas, sesuai dengan harga pasaran tidak ada yang
dirugikan.
b.
Usaha pertanian. Usaha
pertanian pun dapat pahala dan nilai ibadah manakala yang ditanam bermanfaat
dan mendatangkan madorot bagi manusia, bibitnya didapat dengan cara halal bukan
dari hasil curian/penipuan, tanah yang dijadikan lahan benar-benar sah
statusnya tidak merugikan orang lain.
c.
Bekerja sebagai
peternak/budidaya ikan. Ternak yang dipelihara halal seperti sapi, kerbau,
kambing, onta dan sebagainya. Jika berternak yang haram sekalipum tidak di
konsumsi sendri hewannya hanya diambil uangnya maka uangnya menjadi haram
karena bersumber dari yang haram.
d.
Bekerja sebagai nelayan.
Laut yang terbentang luas semua tercipta dan tersedia bagi manusia dengan
catatan jangan merusak ekosistem yang ada dan tidak merugikan orang lain baik
langsung maupun tidak langsung.
e.
Bekerja sebagai kaum
buruh/menjual jasa. Bukan untuk maksiat. Jika buruh/penjual jasa pada yang
haram maka upahnya pun jadi haram. Contohnya ditempat prostitusi, perjudian dan
sebagainya. sekalipun tidak melakukan sendiri makan germo/siapanpun yang
memfasilitasi maksiat itu akan dapat dosa yang sama tak berkurang sedikitpun. ”Barang siapa membantu maksiat, maka ia akan
mendapat dosa seperti yang melakukannya tak berkurang sedikitpun.” (Al
Hadits).
3. Sistem kerja yang baik dan penuh tanggungjawab sebagai sunatullah yang harus dilakukan dengan penuh keikhlasan.
4. Diiringi dengan doa. Harus seimbang antara usaha, doa dan tawakal. Di zaman
Khaifah Umar Ibnul Khotob, pernah terjadi ada yg berdo’a terus menerus sampai
menangis lantas ditegur oleh Umar, ”Ya
Fulan Atadri annassama la thumthiru dzahaban wala fidlotan” wahai saudara,
tahukah Anda bahwa langit tak akan hujan emas atau perak, jadi Anda harus
bekerja keras.
5. Tawakal. Yaitu menyerahkan semuanya kepada Allah akan hasil dari upayanya
semua yang menentukan hasil usaha adalah Allah dan yang mencukupi semuanya
adalah Allah. Firman Allah: ”Wamayyatawakkal
Allahi fahuwa hasbuh,” artinya; Dan barang siapa yang berserah diri pada Allah,
maka ia akan mencukupinya (Surat Alhollaq Ayat 3).
6. Qona’ah, yaitu menerima semua hasil usaha itu dengan penuh ridho
berapapun yang diberikannya dengan penuh
keikhlasan.
7. Mensyukuri hasil kerjanya, rezeki
yang didapat digunakan sebagai bekal ibadah
sesuai sabda Nabi: ”Addunya
mazro’atul akhiroh” di dunia ini adalah bekal untuk akhirat.
(Al Haditz). Jangan sampai rezeki yang diterima digunakan untuk maksiat.
Pembaca yang
tercinta. Untuk itu kita harus bertebal iman agar tidak mudah tergoyah oleh
perkembangan zaman. Bekerja dengan penuh ketulusan dan tanggungjawab apapun
profesinya asal tidak bertentangan dengan syariat agama Islam. Semoga Allah
meridhoi semua langkah positif kita. Amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar