Selasa, 13 Desember 2011

Cerpen: Celoteh Balita



Oleh: Maritza Putri Nadia

“Iput ayo cepat tidur, jangan nonton televisi terus,” pinta mamanya pada Iput, sang anak yang baru berusia 4 tahun. Sementara sang anak tetap sik-asik aja nonton TV. Mamanya dengan sedikit marah mencoba memanggil satu kali lagi untuk mengajaknya tidur. Namun tetap ia tidak mau, “Iput malas Mah kalau tidur,” katanya.
“Kenapa, tidur ko malas,” tanya balik mamanya.
“Iput kalau bangun tidur rambutnya suka acak-acakan,” gerutunya sambil cemberut.
“Kalau rambut Iput acak-acakkan, kan bisa disisir lagi jadi Iput tetap cantik,” jelas mamanya.
“Ayo kita tidur, tapi sebelum tidur Iput pakai obat anti nyamuk dulu supaya Iput engga digigit nyamuk,” pinta mamanya.
“Engga usahlah, Mah. Iput enggak bakal digigit nyamuk”.
“Kenapa memang Iput enggak bakal digigit nyamuk,” tanya mamanya ingin tahu.
“Anak cantik kan engga bakal digigit nyamuk, Mah,” ucapnya polos.
“Yah sudah, kalau gitu Iput langsung tidur aja,” mamanya akhirnya mengalah.
Saat jelang tidur, Iput bertanya kepada mamanya, “Mah, kapan sih kita beli mobil?”.
“Iput mobil itu mahal, kita harus ngumpulin uang dulu yang banyak baru bisa beli mobil,” jelas mamanya.
“Engga perlu mah, engga perlu pakai uang,” katanya.
“Lho ko engga pakai uang, jadi pakai apa?”
“Gampang mah, KETIK REG SPASI NAMA ANDA kirim ke 7887.”
“Tuh pintar kamu, Put. Ayo kita tidur sekarang sudah malam,” pinta mamanya.
“Iput mau tidur  tapi ada syaratnya”.
“Syarat apalagi, tidur aja kok minta syarat”.
“Syaratnya, mama kalau tidur jangan pantatin Iput”.
“Iya, iya”.

Di pagi yang cerah usai sarapan. Layaknya keluarga yang harmonis, papanya, mamanya dan Iput si anak balita ini selalu bercengkrama dan berdialog tentang ini itu. Mulailah Iput dengan pernyataannya, “Mama tadi malam Iput dapat mimpi buruk,” ungkapnya. Mimiknya tenang, matanya bulat bersih dan polos. Ia tidak langsung bercerita tetapi masih memandangi mata kedua orang tuanya. Akhirnya mamanya bertanya, “Mimpi buruk apa, Put?”
“Mama sama papa pergi tamasya, Iput ditinggalin sendiri di rumah”.
“Kenapa Iput enggak minta ikut waktu dalam mimpi itu,” jawab papanya.
“Iput mau ikut, terus Iput bangun tapi pas Iput bangun mama sama papa ternyata masih tidur”.
“Uuh, coba Iput engga usah bangun. Papa sama mama, kan bisa jadi tamasya berduan,” ledek papanya.
“Ya, Iput jadi nangislah kalau di tinggal sendirian”.
“Kok nangis, Iput kan sudah besar”.
“Engga, Iput masih kecil. Iput kan belum bisa nyebut huruf  eel (Maksudnya R)”.
“Coba eerrr,” contoh papanya.
“Iput malas, Iput engga bisa,” ucapnya sambil pergi meninggalkan mama dan papanya. Tetapi tak lama kemudian ia datang lagi, “Mah, sekarang Iput bisa nyebut huruf eel (Maksudnya R)”.
“Coba!”
“Kalau huruf R kan lidahnya harus bergetar, iya kan pah,”
“Iya, coba bisa engga”.
“Bisa nih, eel eellelele ... eellelele,” ucapnya sambil badan dan pundaknya digetar-getarkan, “…eel eellelele ... eellelele”.
Iput, bocah yang masih balita ini memang sangat menyenangkan jika ada di rumah. Hal apa yang ia lihat, ia rasakan diungkapkan secara terbuka. Dan orang tuanya selalu memberi kesempatan padanya untuk menyampaikannya.

Karena hari telah sore, mamanya memanggil Iput untuk mandi. Ketika sudah dipanggil dan mengajak Iput untuk mandi, Iput mengungkapkan perasaannya, “Mah, Iput sekarang ini engga bahagia, lho mah!”
“Memangnya Iput kenapa engga bahagia, sakit?” mamanya bertanya.
“Bukan!”
“Di marahi Ibu Guru yah di sekolah!”
“Bukan!”
“Jadi kenapa Iput  engga bahagianya,”
“Uang Iput di dompet cuma ada empat,” ucapnya sambil memelas
“Ada empat kan banyak, Put,” balik jawab mamanya.
“Tapi uang Iput biru (ribuan) semua. Iput mau uang yang coklat (lima ribuan),” keluhnya.
“Iya nanti minta sama papa biar disulap jadi coklat”.
“Bener, yah mah,” harapnya sambil bergegas ke kamar mandi.
Kurang lebih 30 menit berlalu, Iput si anak balita ini sudah berpakaian bersih, cantik dan harum karena bedak yang dipakainya. Melihat anaknya sudah bisa mandi dan berpakain sendiri, mamanya cukup bangga padanya. Setelah melihat anaknya berpakain rapih dan tampak semakin cantik mamanya berucap padanya, “Iput engga minta cium sama papa”.
 ‘Engga usahlah, Mah”.
“Lho, kenapa engga usah. Biar papa tahu kalau Iput sudah bisa mandi dan berpakaian sendiri”
“Engga usah pakai basa-basilah, Mah!”
“Basa-basi bagaimana Iput, disuruh minta cium papa kok bilang engga usah basa-basi. Ayo!”
“Yang minta dicium itu Iput atau mama”.
“Iput!,” bentak mamanya sambil tolak pinggang. Dan Iput langsung lari kepangkuan papanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar